BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian
Konseling kelompok
Individu-individu
yang menempati wilayah tertentu merupakan suatu perkumpulan atau disebut dengan
kelompok. Dengan demikian, kehidupan individu itu tidak terlepas dari kelompok,
baik kelompok kecil sepeti keluarga dan kelompok kerja, maupun kehidupan
kelompok besar seperti masyarakat,bangsa, dan lain sebagainya.
Menurut
Hernert Smith, kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu yang
mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar
kesatuan persepsi.
Dari
pengertian tersebut, secara singkat dapat diartikan bahwa kelompok merupakan
kumpulan dari orang-orang yang mengadakan interaksi dengan sesamanya secara
lebih sering dari pada mereka yang mengadakan interaksi perorangan. Jadi, dalam
setiap kelompok, masing-masing individu mempunyai sikap dan tingkah laku yang
sama dengan anggota kelompok yang lain. Sehingga, semua anggota kelompok
memiliki sikap dan tingkah laku yang seragam.
Dari
uraian tersebut, dapat diambil pemahaman bahwa kelompok merupakan kumpulan
individu yang mengadakan interaksi secara mendalam antara satu sama lain.
Mereka memiliki kesatuan persepsi untuk bertingkah laku didalam maupun luar
kumpulan mereka.
Konseling
kelompok adalah layanan yang membantu peserta diadik dalam pembahasan dan
pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.
2.2.
Tujuan
Konseling Kelompok
a.
Menurut Dewa Ketut Sukardi, (2002:49). Tujuan
konseling kelompok meliputi:
-
Melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan
orang banyak
-
Melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa
terhadap teman sebayanya
-
Dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing
anggota kelompok
-
Mengentaskan permasalahan – permasalahan kelompok.
b.
Menurut Prayitno, (1997:80). Konseling kelompok
memungkinkan siswa memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan
masalah yang dialami melalui dinamika kelompok.
c.
Menurut Mungin Eddy Wibowo, (2005:20). Tujuan yang
ingin dicapai dalam konseling kelompok, yaitu pengembangan pribadi, pembahasan
dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok,
agar terhindar dari masalah dan masalah terselesaikan dengan cepat melalui
bantuan anggota kelompok yang lain.
2.3.
Syarat-syarat
pemimpin kelompok
Menurut Prof. Mungin Eddy W (
2005:118) ada beberapa syarat menjadi pemimpin kelompok yaitu:
1. Kepribadian dan
Karakter pemimpin kelompok
a.
Kehadiran,pemimpin kelompok bisa hadir secara
emosional pada penggalaman orang lain.
b.
Kekuatan pribadi,meliputi kepercayaan diri dan
kesadaran akan pengaruh sesorang kepada orang lain.
c.
Keberaniana, pemimpin kelompok yang efektif harus
sadar bahea mereka perlu menunjukan keberanian dalam interaksi dengan
anggotanya.
d.
Kemauan untuk mengkonfrontasi diri sendiri,menunjukan
keberanian bukan hanya pada cara- cara berhubungan dengan kelompok tetapi
dengan berhubungan dengan diri mereka sendiri juga.
e.
Kesadaran diri, berbarengan dengan hal menghadapi diri
sendiri. Ciri esensial dari kepemimpinan efektif adalah kesadaran akan diri
sendiri, akan kebutuhan dan motivasi – motivasi seseorang,akan konflik atau
masalah – masalah pribadi,akan bertahanan dan titik kelemahan,akan bidang usaha
– uasaha yang belum selesai.
f.
Kesungguhan/ketulusan, minat yang tulus dan sungguh –
sungguh pada kesejahteraan orang lain dan kemampuan untuk berkembang secara
konstruktif.
g.
Keaslian (authenticity) ,pemimpin menjadi sesorang
yang asli,nyata atau rill,kongruen dan jujur.
h.
Mengerti identitas, bila akan menolong orang
lain,pemimpin kelompok perlu memiliki pengertian yang jelas tentang identitas
diri mereka sendiri.
i.
Keyakinan / kepercyaan dalam proses kelompok,merupakan
esensi keberhasilan dari proses kelompok.
j.
Kegairahan (antusiasme)
k.
Daya cipta dan kreatif
2.
Daya tahan (stamina)
Menurut Trait Theories of
Leadership di dalam buku Dinamika Kelompok karangan Slamet Santosa
menyebutkan ciri seseorang dapat dikatakan pemimpin adalah :
a.
Intelegensi bahwa pemimpin memiliki intelegensi lebih
dari yang lain.
b.
Kematangan sosial dan pengetahuan luas.
c.
Memiliki motivasi sendiri dan dorongan berprestasi.
d.
Sikap untuk meyakini hubungan dengan orang lain.
Menurut Floyd ruch dan Stogdill
dalam buku Dinamika Kelompok karangan Slamet Santosa menyebutkan syarat
pemimpin adalah :
a.
Social perception, pemimpin harus dapat memiliki
ketajaman dalam menghadapi situasi.
b.
Ability in abstract thinking, pemimpin
harus memiliki kecakapan secara abstrak terhadap masalah yang dihadapi.
c.
Emotional stability, pemimpin harus memiliki perasaan
yang stabil, tidak mudah terkena pengaruh dari pihak luar.
2.4.
Masalah-masalah
yang dibahas dalam konseling kelompok
Masalah yang
dibahas dalam konseling kelompok muncul secara langsung di dalam kelompok itu
pada awal kegiatannya. Pemimpin kelompok mengembangkan suasana kelompok
sehingga seluruh anggota kelompok bersukarela membuka diri masing- masing
dengan :
(1) Mengemukakan
masalah pribadinya,
(2)
berpartisipasi aktif membantu kawan sekelompok memecahkan masalah.
Pembukaan
masalah pribadi di hadapan sekelompok orang lain biasanya tidak mudah. Dihambat
oleh kekhawatiran akan terbongkarnya rahasia pribadi. Oleh karena itu, sejak
awal kegiatan konselor perlu memantapkan asas kerahasiaan pada seluruh anggota
kelompok. Anggota kelompok yang akan mengemukakan masalah pribadinya akan
terjaga, dan diisi lain anggota kelompok lainnya dengan sungguh- sungguh
sanggup menyimpan dan menjaga kerahasiaan semua masalah kawan- kawannya
tersebut.
Setelah para
anggota kelompok mengemukakan masalah pribadi masing- masing, maka akan
terdapat sejumlah masalah yang perlu dibicarakan di dalam kelompok itu. Karena
semua masalah akan dibicarakan satu persatu, maka urutan pembicaraannya harus
di musyawarahkan, sampai pada ahirnya tercapai kesepakatan masalah siapa yang
prtama kali dibicarakan, kedua, ketiga dan seterusnya. Untuk setiap masalah,
pembicaraan lansung ditujukan pada teratasi nya masalah itu. Semua anggota
kelompok ikut serta dalam pembicaraan dengan tertib melalui pengajuan
pertanyaan, pemberian jawaban, penjelasan, uraian,analisis, nasihat, dorongan
semangat, simpati, alternatif pecehan, dan sebagainya.
Konselor
sebagai fasilitator mendorong klien untuk berinteraksi secara penuh dengan
seluh anggota kelompok lainnya dan serta menanggapi segala sesuatu yang berasal
dari teman- teman itu demi terpecahkannya masalah rekan sekelompok. Disisi
lain, konselor juga mendorong semua anggota kelompok lainnya untuk
menyumbangkan apa yang mereka miliki seperti pendapat, pengalaman, dan
sebagainya demi terpecahnya masalah sekelompok.
2.5.
Peran
konselor dalam konseling kelompok
Konselor
dalam konseling kelompok berperan sebagai pemimpin kelompok. Tugas konselor
dalam pemimpin kelompok adalah melakukan pemeliharaan, pemrosesan, penyaluran
dan arahan. Sekalipun tugas utama mereka adalah melakukan pemeliharaan,
pemrosesan, penyaluran dan arahan, tetapi cara penerapannya perlu
mempertimbangkan situasinya.
BAB
III
KESIMPULAN
-
Konseling kelompok adalah layanan yang
membantu peserta diadik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi
melalui dinamika kelompok.
-
Konselor sebagai fasilitator mendorong
klien untuk berinteraksi secara penuh dengan seluh anggota kelompok lainnya dan
serta menanggapi segala sesuatu yang berasal dari teman- teman itu demi
terpecahkannya masalah rekan sekelompok.
-
Konselor dalam konseling kelompok
berperan sebagai pemimpin kelompok. Tugas konselor dalam pemimpin kelompok
adalah melakukan pemeliharaan, pemrosesan, penyaluran dan arahan.
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, B. (2004). Psikologi Konseling dan Teknik
Konseling. Jakarta: studia press.
Farid, M. (2013). Psikologi
Konseling. Yogyakarta: IRSCiSoD.
Kusmiyati Yuni, d.
(2009). Dalam Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.